Bahasa Perbhesan Madura yang Sudah Tak Diminati Generasi Z

https://images.app.goo.gl/uxNG2gTNXnv47D377

Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi seorang anak sejak mereka lahir didunia. Hubungan antara orang tua dan anak akan mempengaruhi sikap, perilaku anak di masa selanjutnya.

Tentu, setiap orang tua tentunya ingin yang terbaik bagi anak-anak mereka. Keinginan ini kemudian membentuk pola asuh yang ditanamkan orang tua kepada anaknya. Beberapa hal yang dilakukan orang tua untuk memberikan pola asuh terhadap anak-anaknya yaitu seperti memberikan pujian atas usaha yang dilakukan oleh anak, tidak membandingkan anak dengan anak orang lain dan lain sebagainya. Juga, beberapa kebiasaan yang ditularkan kepada putra-putrinya. Baik dari sikap, tingkah laku hingga bahasa yang diturun-temurunkan.

Nusantara memiliki 1.700 bahasa daerah yang masih lestari hingga kini. Begitu pula di Madura. Daerah berjuluk Pulau Garam ini memiliki bahasa sendiri, bahasa Madura.

Bahasa Madura merupakan bahasa nenek moyang yang diturunkan hingga kini. Sama seperti bahasa Jawa yang memiliki bahasa Kromo Enggel, bahasa Madura juga memiliki tingkatan bahasa yang dikenal dengan Perbhesan.

https://images.app.goo.gl/scDh2wifY119mTqY8

Perbhesan ini digunakan manakala berbicara kepada sosok-sosok yang dianggap lebih sepuh, tua, senior, atau pihak yang dianggap memiliki derajat lebih tinggi. Ini merupakan bentuk penghormatan masyarakat terhadap mereka.

Mirisnya, banyak orang tua saat ini yang tidak melatih anaknya berbahasa perbhesan. Alih-alih mereka seakan lebih bangga putra-putrinya lancar berbahasa Indonesia daripada fasih melafalkan perbhesan Madura.

Padahal, perbhesan memiliki beberapa fungsi yaitu, Melatih tatakrama berbicara kepada anak kecil, Melatih akhlak, tingkah laku dan Mengargai serta menghormati orang yang lebih tua.

Tidak salah mengajarkan pemakaian bahasa Indonesia karena merupakan bahasa Nasional, akan tetapi kewajiban ini diharuskan di lingkungan formal bukan nonformal.

Maksudnya, alangkah baiknya diajarkan berbahasa perbhesan yang santun di lingkungan keluarga, keseharian di rumah, lingkungan masyarakat juga agar nilai luhur perbhesan ini dilestarikan, juga menjaga adab kepada sesama bahkan kepada yang lebih berumur.

Dahulu, Madura dikenal sosok agamis dan santun. Namun, jika perbhesan in sudah ditanggalkan oleh generasi penerus, maka tidak butuh waktu lama lagi, kesopanan dan kesantunan Madura ini terhapuskan.

Oleh. Rahmawati & Hadiri

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *