Sebagai agen perubahan, mahasiswa memiliki peran strategis dalam membentuk masa depan bangsa. Lebih dari sekadar menuntut ilmu di bangku kuliah, mahasiswa seharusnya aktif dalam dinamika sosial, salah satunya melalui organisasi. Organisasi mahasiswa tidak hanya menjadi wadah pengembangan keterampilan, tetapi juga ruang belajar yang esensial bagi pembentukan karakter kepemimpinan dan kepekaan sosial.
Dalam konteks ini, kutipan dari salah satu bapak literasi Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, sangat relevan: “Didiklah rakyat dengan organisasi, dan didiklah penguasa dengan perlawanan.” Kutipan ini menjadi cermin yang mengingatkan kita akan pentingnya organisasi sebagai alat edukasi, hususnya bagi mahasiswa. Organisasi adalah miniatur dunia yang lebih besar, tempat mahasiswa belajar berkolaborasi, memahami kepemimpinan, serta membangun kesadaran kolektif untuk menuntut keadilan dan perbaikan.
Mengapa mahasiswa perlu berorganisasi? Dunia akademik menawarkan wawasan dan teori yang menjadi fondasi pemahaman kita tentang dunia, namun tanpa praktik dan pengalaman langsung, ilmu tersebut bisa terasa kosong. Organisasi mahasiswa mengisi kekosongan itu dengan menghadirkan ruang untuk mempraktikkan ilmu, mengasah soft skills, dan memupuk rasa tanggung jawab sosial. Melalui kegiatan organisasi, mahasiswa belajar bernegosiasi, memimpin tim, menghadapi konflik, dan berinteraksi dengan berbagai lapisan masyarakat. Ini adalah pendidikan non-formal yang sangat diperlukan, sesuatu yang sering kali tidak bisa diperoleh dari ruang kelas.
https://images.app.goo.gl/gwjFaqYHkxk7Q2E8A
Selain itu, organisasi juga mengajarkan pentingnya sikap kritis. Ketika mahasiswa terlibat dalam dinamika sosial, mereka mulai menyadari ketidakadilan atau permasalahan yang ada di masyarakat. Di sinilah relevansi kutipan Pramoedya semakin terasa: “Didiklah penguasa dengan perlawanan.” Mahasiswa yang aktif di organisasi cenderung memiliki sensitivitas lebih tinggi terhadap isu-isu sosial dan politik, sehingga lebih siap untuk berperan sebagai pengawal perubahan ketika melihat kebijakan yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat.
Namun, tak bisa dipungkiri, ada sebagian mahasiswa yang merasa skeptis terhadap organisasi. Mereka beralasan bahwa tanggung jawab akademis sudah cukup membebani, dan terlibat dalam organisasi hanya akan menambah beban. Pemikiran ini tidak sepenuhnya salah, namun jika ditinjau lebih dalam, mahasiswa yang aktif berorganisasi cenderung memiliki kemampuan manajemen waktu yang lebih baik. Mereka belajar untuk mengatur prioritas, membagi waktu antara akademik dan aktivitas organisasi, serta tetap produktif di keduanya. Justru dari organisasi inilah kemampuan tersebut diasah, sesuatu yang sangat bermanfaat dalam dunia kerja kelak.
Bahkan, banyak tokoh besar yang lahir dari organisasi mahasiswa. Mereka adalah individu-individu yang sudah terlatih memimpin, berpikir kritis, dan merespons masalah dengan solusi-solusi konkret. Dalam sejarah, kita melihat gerakan mahasiswa sering menjadi motor perubahan sosial dan politik. Dari aksi demonstrasi hingga advokasi kebijakan, mahasiswa selalu berada di garda terdepan ketika ketidakadilan perlu diperangi.
Dengan demikian, bagi mahasiswa yang ingin mengambil peran lebih besar dalam masyarakat, organisasi adalah salah satu pintu masuk utama. Organisasi memberikan ruang bagi mahasiswa untuk bukan hanya menjadi penerima ilmu, tetapi juga agen perubahan yang aktif. Sebagaimana pesan Pramoedya, organisasi adalah sarana penting untuk mendidik diri, mendidik rakyat, dan jika perlu, menantang ketidakadilan yang datang dari penguasa.
Oleh karena itu, menjadi mahasiswa yang hanya berfokus pada akademik tanpa melibatkan diri dalam organisasi bagaikan hidup dalam dunia yang sempit. Organisasi adalah medium yang memperluas horizon, mengajarkan kepemimpinan, dan menumbuhkan rasa solidaritas sosial. Bagi mahasiswa yang ingin menjadi lebih dari sekadar lulusan dengan nilai akademik tinggi, tetapi juga pemimpin masa depan yang peduli pada perubahan, organisasi adalah tempat terbaik untuk mulai belajar.
Sekarang masih ragu kah untuk ber organisasi??
penulis : Faruq